Biarkan
Mencintai
dan memiliki bukanlah hal yang relevan sama sekali
Memiliki
kapan saja bisa ditinggal pemiliknya
Dan bisa
pula meninggalkan pemiliknya
Bukankah
haru jika kehilangan kepemilikan?
Aku
mencintai kumisku, mencintai rambutmu, mencintai takdir yang telah
digariskanNya, mencintai mimpi yang ia tiduri
Aku pun
mencintai hal yang kuyakini, mencitai apa yang aku tunjuk, mencintai pada senja
yang menjingga
Banyak sekali
kecintaanku pada sesuatu dan aku baru menyadarinya
Namun
saat ini aku sedang menyadari sesuatu
Suatu
waktu semua yang kucintai pergi dan aku tak akan menyesalinya
I will
let it go, but I will not make it go.
Wanita, Berpuasa Dan Bertemankan Puisi
source |
Ramadhan, bulan ke-9 Tahun Hijriyah datang lebih cepat
Tak lupa keindahan serta keberkaan yang turut hadir memeriahkan acara tahunan ini
Tibalah saatnya, menghidupi hari dengan bersandarkan rasa sabar
Mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya Matahari
Aku paham betul tentang kecintaanmu pada aksara
Kata demi kata yang kamu rangkai
Bait demi bait yang kamu bingkai
Selalu saja berhasil membuat semesta menyerukan syair kreasimu itu
Karena kamu, dan diksi liarmu itulah,
puisi bisa menjadi seindah bau tanah dibasahi hujan
Senja itu aku melihatmu terbaring,
Di Taman Sriwedari milik Pak Ridwan
Kamu terlentang, bersandar pada rumput yang menjalar,
Yang melewati celah bentuk tubuhmu
Tanganmu yang mungil kamu simpan tepat diatas garis Khatulistiwa
Lalu kamu untai aksara demi aksara pada dinding langit sore
Ya, kamu sedang melakukan ritualmu,
Mengisi sisa waktu puasa bertemankan puisi
Aku tahu kamu melakukannya bukan hanya sekedar menunggu matahari pergi
Karena, jauh lebih dalam, sangat dalam
Kamu melakukannya dengan mulia
Seakan kamu sedang beribadah puisi
Aku berharap kamu sudi untuk berbagi puisi bersamaku
Berharap kamu membacakan puisi tentang rindu
yang akan bergema di telingaku
Sudah lumrah aku menggantungkan harap padamu
Sebab kamulah yang paling mahir dalam memberi harap
Sesaat setelah dugaanku itu kamu menoleh padaku
Kamu beranjak,
Berlari ke arahku
Dan menangkapku tepat di pelukan
Lalu kamu berbisik manja, "Selamat berpuasa dan mari berpuisi, kekasihku".
Semua Berputar (Seharusnya)
Sorot
pandang perlahan mulai tak cukup terang
Meski hanya
permasalahan yang menggelapkan
Detak
jantung mulai malu mendentumkan tanda
Meski hanya
keluh kesah yang tampak ria
Begitu
mengalir masalah yang datang dan tinggal
Begitu
sebaliknya pujaan yang hanya datang dan pergi
Sementara
itu, waktu yang tak pernah dapat merubah semuanya
Masalah
semakin membutakan dan pujaan yang semakin dalam angan-angan
Ketika
semua hal seharusnya berputar
Matahari
berganti bulan, hidup dan atau mati
Tetap saja
gelisah yang sama, diri pun tetap diam tertinggal
Jika
seperti ini terbangkan saja aku kemana pun burung menuju
Biarkan
angin yang berhembus
Biarkan
laut yang berombang-ambing
Biarkan bumi
yang berguncang
Biarkan aku
berjalan dalam diam
Lemahlah sudah diri dengan masalah atas KuasaMu
Bawalah
pergi pujaan dan besertanya berlalu
Tak punya
banyak waktu, sekarang waktunya aku pergi
Hanya harap
serta tolong yang bisa diri ini sandarkan.
Huakiauku di Venesia
source |
Teruntuk Huakiau di Venesia yang (selalu) aku sanjung
Huakiau yang
selalu berdiri di pertigaan kanal dekat Gondola
Huakiau
yang selalu memeluk erat buku diary
yang bersampukan warnal biru
Huakiau
yang selalu menunggu untuk dibawanya pulang
Heran,
mengapa sosokmu begitu menawan walau sekedar sapaan pandang?
Mungkin
senyum manismu atau merah meronanya pipimu itu sihir?
Sederhana
seperti itu saja sosokmu berhasil membawaku terbang akan cinta
Maaf saja
sebelumnya, karena kamu aku tak merasa lagi jatuh akan cinta
Aku mungkin
akan mengajakmu berkenal sapa terlebih dahulu
Membawamu
ke penginapan terdekat dan bercumbu lekat denganmu
Atau mungkin
aku akan menculikmu pergi bersama Vespa LX-ku
Menuju
jembatan Rialto. Ya, jembatan yang
ada di foto cover bukumu itu
Lalu sesampainya
disana aku akan memelukmu 514 tahun
lamanya
Ditemani
air yang tenang dan Traghetto yang
melaju di bawah kita
Ahh… maafkan kesederhanaanku yang hanya bisa
bermimpi
Tapi untuk
membuat segalanya menjadi nyata dan
senada pun
Aku rela
tidur dalam dekap silang lenganku dan tak bangun lagi
Dan segera mewujudkan
terbang akan cintamu, Huakiauku.
Meraga Sukma
gambar dari sini |
Aku melihat setiap langkah hati yang kau jejakkan
Aku mendengar setiap detak jantung yang kau denyutkan
Aku mencium setiap aroma jiwa yang kau hembuskan
Dan aku menemukanmu bersanding dengannya
Aku tak peduli jika harus begini saat ini
Aku tak gusar jika tak bersama saat ini
Aku tak resah jika hanya menunggu saat ini
Dan aku takkan menyerah lelah untuk menyelamatkanmu
Menyelamatkan hanya perlu membaringkan tubuh
Memejamkan mata, mematikan indera
Menjadikannya lunglai dalam sebuah relaksasi
Dan seketika aku kamu bersama pada ionosfer satu alfa yang sama
Hahaha aku dewata telah menyelamatkanmu.
Sendu Pagi
gambar dari sini |
Mentari
pagi telah berseri-seri di ufuk timur sana
Namun
sinarnya masih saja tak sehangat senyummu yang ayu
Cahayanya
yang melewati setiap cela di ruanganku
Belum mampu
menyinari hidup yang pelik ini
Tak seperti
sorot matamu yang mampu bersinar hingga ruang hampaku
Energinya
yang biasa menghidupi makhluk di bumi
Takkan
pernah bisa menghidupkan kembali hati yang telah lama mati
Hanya
kepulangan serta hadirmu ke pangkuan
Yang paling
mampu menghidupi rasa yang terkubur terlalu dalam ini
Kasih, aku
tak bisa beranjak dari sendu pagi ini
Aku hanya
ingin mengarungi hari dengan kembalinya dirimu disisi.
Subscribe to:
Posts (Atom)