Wanita, Berpuasa Dan Bertemankan Puisi

  • 0
source

Ramadhan, bulan ke-9 Tahun Hijriyah datang lebih cepat
Tak lupa keindahan serta keberkaan yang turut hadir memeriahkan acara tahunan ini
Tibalah saatnya, menghidupi hari dengan bersandarkan rasa sabar
Mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya Matahari

Aku paham betul tentang kecintaanmu pada aksara
Kata demi kata yang kamu rangkai
Bait demi bait yang kamu bingkai
Selalu saja berhasil membuat semesta menyerukan syair kreasimu itu
Karena kamu, dan diksi liarmu itulah,
puisi bisa menjadi seindah bau tanah dibasahi hujan

Senja itu aku melihatmu terbaring,
Di Taman Sriwedari milik Pak Ridwan
Kamu terlentang, bersandar pada rumput yang menjalar,
Yang melewati celah bentuk tubuhmu
Tanganmu yang mungil kamu simpan tepat diatas garis Khatulistiwa
Lalu kamu untai aksara demi aksara pada dinding langit sore
Ya, kamu sedang melakukan ritualmu,
Mengisi sisa waktu puasa bertemankan puisi

Aku tahu kamu melakukannya bukan hanya sekedar menunggu matahari pergi
Karena, jauh lebih dalam, sangat dalam
Kamu melakukannya dengan mulia
Seakan kamu sedang beribadah puisi

Aku berharap kamu sudi untuk berbagi puisi bersamaku
Berharap kamu membacakan puisi tentang rindu
yang akan bergema di telingaku
Sudah lumrah aku menggantungkan harap padamu
Sebab kamulah yang paling mahir dalam memberi harap

Sesaat setelah dugaanku itu kamu menoleh padaku
Kamu beranjak,
Berlari ke arahku
Dan menangkapku tepat di pelukan
Lalu kamu berbisik manja, "Selamat berpuasa dan mari berpuisi, kekasihku".


No comments:

Post a Comment